Monday, October 2, 2017

Fakta Mengerikan Pesugihan Gunung Kawi yang Bisa Bikin Kaya 7 Turunan dan Tumbal Apa yang Diberikan!


Wahaiberita - Bagi sebagian orang Indonesia, terutama yang tinggal di pulau Jawa, nama Gunung Kawi tentu sudah tak asing lagi di telinga. Sama halnya seperti Gunung Merapi, gunung yang terletak di Malang ini, selain dikenal memiliki panorama yang luar biasa indah, ia juga dianggap sebagai salah satu gunung yang menyimpan segudang cerita misteri yang unik.

Salah satu cerita misteri yang cukup populer dan menjadi kepercayaan di masyarakat sekitar gunung ini adalah tentang adanya ritual pesugihan atau ritual mendatangkan kekayaan dunia dengan bantuan raja jin.

Pesugihan Gunung Kawi, -begitu ritual ini disebut-, telah banyak mengundang rasa penasaran masyarakat dari seluruh Nusantara, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan ekonomi dan ingin terlepas dari belenggu kemiskinan.


Gunung Kawi merupakan daerah yang sering kita kenal dengan kemistisannya. Area ini terletak di sebelah barat Kepanjen, tepatnya 53 km dari kota Malang. Di sini ini ada berbagai situs mulai dari pesarean, keraton, klenteng, serta tempat pemujaan situs-situs lainnya. Di Kawi ini juga terdapat makam tokoh penting yaitu Kanjeng Kyai Zakaria II atau juga dikenal sebagai Eyang Djoego yang tempat ziarahnya terkenal hingga ke mancanegara.

Tak hanya itu, ternyata banyak juga orang yang berdatangan untuk ngalap berkah di area pesarean Gunung Kawi ini. Mereka datang untuk meminta pesugihan, berdoa dan berziarah sehingga hal ini secara tidak langsung membuat daerah tersebut makin ramai. Apalagi dalam waktu-waktu tertentu, Gunung Kawi sudah seperti pasar malam saja.

Berikut ini adalah beberapa fakta pesugihan Gunung Kawi yang perlu Anda ketahui:

Sejarah Babat Alas Gunung Kawi

Bermula dari penasehat Pangeran Diponegoro yang bernama Kanjeng Zakaria II alias Eyang Soedjogo yang melipir ke daerah selatan Jawa Timur dan membuat pedepokan. Setelah sekian lama, beliau mengangkat dua orang murid yang bernama RM Jonet dan Ki Moeridun untuk membuka wilayah hutan sebelah selatan Gunung Kawi. Mereka berdua berbondong-bondong bersama dengan Mbah Wonosari membawa dua pusaka Kudi Caluk dan Kudi Pecok yang akhirnya menjadi daerah Gunung Kawi seperti yang kita lihat sekarang.


Tempat baru tersebut menjadi tempat pengungsian dan banyak orang yang berdatangan untuk bermukim di sana dimulai dari penduduk lokal suku Jawa, luar Jawa, etnis Tionghoa bahkan sampai mancanegara. Hal inilah yang membuat kebudayaan di daerah ini menjadi unik dan terkesan nyentrik. Adanya perpaduan budaya dan suku menjadikan daerah ini terkenal dengan sebutan Klenik Jawa-China.

Mitos Pohon Dewandaru dan Air Janjam

Babat alas yang telah selesai dikerjakan membuat Eyang Soedjogo datang dan menetap di area Gunung Kawi. Tetapi tepat di malam Senin Pahing, 22 Januari 1871 beliau meninggal dunia dan hal itulah yang membuat banyak peziarah datang untuk berkunjung ke makam Eyang Soedjogo. Mereka lebih suka datang pada malam Senin Pahing yang bertepatan dengan wafatnya beliau.


Semasa hidup beliau pernah menanam sebuah pohon yang “katanya”adalah tongkatnya. Pohon tersebut dinamakan pohon Dewandaru atau pohon Kesabaran. Dipercaya bahwa ranting, buah dan daunnya bisa menjadi jimat bagi orang yang bisa mendapatkannya. Pohon ini diyakini sebagai perlambang kedamaian dan keamanan daerah Gunung Kawi. Selain itu ada cerita tentang Air Janjam yang airnya ditaruh di sebuah kendi kuno peninggalan Eyang Soedjogo yang bisa menyembuhkan penyakit. Kira-kira benarkah? Mau nyoba membuktikan?

Ritual Spiritual Yang Kental Melekat Bagi Warganya

Tak hanya tempat yang mengandung banyak kemistisan tetapi kegiatan dan ritualnya juga tak kalah sakralnya. Ada beberapa kegiatan yang mencerminkan peringatan ritual keagamaan dan kebudayaan dimulai dari syukuran, gebyar satu Syuro, ngalap berkah di Kelenteng dan kegiatan kirab-kirab lainnya.


Seperti malam satu suro kemarin, area Gunung Kawi diramaikan dengan pengunjung yang berjubel untuk melihat dan melaksanakan gebyar Syuro. Tumpeng-tumpeng perayaan dan pembakaran sangkala dilaksanakan dengan iringan lagu tradisional Jawa, China dan Islam.

Bentoel Group yang Tidak Jadi Bangkrut

Ternyata kemujuran dari ngalap berkah juga pernah dirasakan oleh pemilik bisnis rokok yang bernama Ong Hok Liong di tahun 1950-an. Bisnis rokoknya mengalami kemerosotan dan hampir bangkrut kala itu. Lalu ia memutuskan untuk berziarah ke daerah Gunung Kawi dan “katanya”malam harinya ia bermimpi melihat buah bentul.


Seperti malam satu suro kemarin, area Gunung Kawi diramaikan dengan pengunjung yang berjubel untuk melihat dan melaksanakan gebyar Syuro. Tumpeng-tumpeng perayaan dan pembakaran sangkala dilaksanakan dengan iringan lagu tradisional Jawa, China dan Islam.
Bentoel Group yang Tak Jadi Bangkrut

Ternyata kemujuran dari ngalap berkah juga pernah dirasakan oleh pemilik bisnis rokok yang bernama Ong Hok Liong di tahun 1950-an. Bisnis rokoknya mengalami kemerosotan dan hampir bangkrut kala itu. Lalu ia memutuskan untuk berziarah ke daerah Gunung Kawi dan “katanya”malam harinya ia bermimpi melihat buah bentul.

Ia pun tergegas untuk menanyakan perihal mimpinya kepada juru kunci yang mengatakan bahwa ia harus mengganti merk rokoknya menjadi Bentoel yang kemudian Hok Liong melakukannya pada tahun 1954. Hingga kini, rokok Bentoel Group masih bertahan dan terus berkembang hingga beberapa dekade setelah kejadian itu.

Hotel Penginapan Dan Warung Kuliner Sudah Ada

Gunung Kawi yang letaknya ke arah barat dari Kepanjen ini sebenarnya ada ketimpangan sosial, dimana area wisata pesarean Gunung Kawi dan desa-desa yang ada di dekatnya, kondisi ekonominya berbeda. Jelas sekali perbedaan yang terlihat karena di area wisata spiritual ini terdapat hotel dan penginapan yang disediakan bagi para pengunjung yang ingin bermalam, sedangkan di desa-desa dekat pesarean mulai dari Bumirejo, Wonasari, Kampung Baru, Sumbergelang masih sangat sepi. Daftar penginapan yang ada di area ini ada 16 yang didalamnya terdapat resort, hotel dan penginapan biasa dengan harga 50 ribu sampai 500 ribu per malam.


Selain penginapan juga ada warug kuliner yang menyediakan makanan-makanan dan oleh-oleh khas Gunung Kawi seperti ubi ungu kukus, jagung kukus, tebu, ronde dan sarang tawon yang sering dicari oleh pengunjung dan peziarah di pesarean Gunung Kawi. Tetapi mirisnya, tingkat pendidikan di sana masih sangat rendah, kondisi sosial dan ekonomi masih sangat dipertanyakan. Banyak anak-anak setingkat SLTP yang berseliweran di jalan-jalan, mereka tidak bersekolah dan belum ada kesadaran yang baik untuk mengenyam pendidikan yang tinggi.

Kisah Nyata Persembahan Tumbal Pesugihan Gunung Kawi

Ritual pesugihan gunung kawi sebenarnya hanya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Para peziarah sekedar diwajibkan untuk melakukan ritual tapa brata selama 3 hari di bawah sebuah pohon keramat bernama pohon Dewandaru.

Sebelum melaksanakan tapabrata, peziarah tersebut diwajibkan terlebih dahulu melakukan mandi suci yang dipimpin langsung oleh sang kuncen. Ketika melaksanakan mandi wajib inilah, peziarah itu melakukan kontrak mati atau semacam perjanjian dengan penguasa gaib gunung kawi. Mereka harus bersedia memberikan tumbal nyawa pada sang penguasa setiap tahun untuk melanggengkan kekayaannya.

Setelah melaksanakan mandi wajib, para peziarah baru diperbolehkan bergabung bersama para peziarah lain untuk melakukan tapa brata. Mereka harus bersila di atas selembar daun pisang, tidak boleh makan, minum, dan tidur. Mereka pun tidak boleh buang air besar dan buang air kecil kecuali mengeluarkannya di atas daun pisang yang didudukinya.

Setelah menjalani ritual pesugihan gunung dan mendapatkan selembar daun dewandaru, petapa harus pulang dan menyimpan daun yang didapatkannya itu di dalam bantal tempat tidurnya. Selain itu, ia juga harus membuka usaha dagang. Daun dewandaru yang disimpannya dalam bantal akan membantu melariskan dagangan, menambahkan uang secara gaib ke dalam laci penyimpanan uang, dan membantu melancarkan usaha tersebut secara spiritual.

Setelah satu tahun, pemilik pesugihan biasanya akan mulai mengalami peningkatan dalam kehidupan ekonominya. Ketika itu, ia mulai harus menyerahkan tumbal seorang manusia yang masih memiliki hubungan darah dan sepersusuan dengannya. Ia harus menunjuknya dan merelakan kepergian saudaranya itu untuk dijadikan pesuruh di kerajaan gaib gunung kawi.

Setiap tahun tumbal harus diberikan melalui ritual tertentu. Seorang yang ditunjuk menjadi tumbal biasanya akan mati secara mendadak tanpa diduga-duga. Selain itu, setiap kali memberi tumbal, kekayaan pemilik pesugihan biasanya akan melonjak secara drastis. Demikianlah pemaparan sekilas kami mengenai pesugihan gunung kawi beserta ritual-ritual yang harus dijalani. Cukup mengerikan ya. Semoga kita semua terhindar dari kesulitan rizki dan segala bujuk rayu setan. Amin.

Back To Top